September 08, 2009

Erangan Seorang Proletar

"cerminan dunia yang berjalan bersamaan namun berbeda arah dan tujuan. mengembangkan sejuta impian bersanding dengan keinginan, melihat sepasang cacing yang sedang bercumbu, aah itu hanyalah fatamorgana."

"apakah dunia ini adil?bagaimana dengan kegaiban?peraturan dibuat untuk dilanggar dan sudah menjadi rahasia publik. erangan seorang proletar yang tergambar bagaikan hidup hanya dengan setengah jantung. berangan-angan berbaring di atas awan ditemani sang bidadari bersayap, aah itu hanya tipuan."

"berselimut dekapan jemari hangat seorang wanita hingga terlelap pulas. mata ini bisa tertipu namun hati ini bersitegang dengan dunia. hanya koran sahabat karib dan juga sesekali suara-suara motor pertanda lagu 'nina bobo'. balutan pakaian tebal menghiasi jiwa yang renta ini menenangkan hati, aah itu hanya harapan."

bertarung dengan lihai menantang maut dan menarik segala urat malu bahwa 'aku miskin' dan 'aku butuh uang'. tak seucap kata yang keluar didengar, malah cacian dan emosi yang dilahap habis setiap hari. mengenal air pun tidak dan hanya berkawan jauh dengan sesuap nasi. seakan rindu yang amat sangat apabila keduanya bertegur sapa. padahal apabila mata ini berkedip sekali saja, terlihat kemewahan dan kesejahteraan yang melimpah ruah yang hanya dibatasi oleh sebuah kaca.

miris sekali nasib ini, tangan dan kaki ini serasa hampa tak berguna, tak ada yang bisa diperbuat. tak hanya sampai disitu, tak tahu dengan siapa bibir ini bisa bersenda gurau. lamunan sepi setiap malam hanya ditemani oleh sinar rembulan dan kerlap-kerlip cahaya bintang. kesepian dalam keramaian selalu datang menghampiri. namun apabila si merah datang, hati ini riang gembira karena jam kerja sudah mulai datang. tak perlu lama-lama, tak lebih dari 1 menit. begitu seterusnya kehidupan ini berulang setiap malam, setiap minggu, setiap bulan, bahkan hingga bertahun-tahun sampai hayat ini tak kuat lagi berkompromi dengan dunia.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar