Maret 11, 2010

Lakon Utama

mau anda apa?
panggil saja saya terserah apa mau anda
saya cukup objektif

mau menertawai saya?
buka mulut anda sampai robek
saya cukup impresif

anda malu apa
tolak ukur anda sayakah
tenang, ini hanya teoritical

saya mau bercinta
menggeliat tak karuan
mau ikut saya mencuri? mencuri kebahagian

percuma inklusif
toh ada seorang pesimistis

seorang extrovert?
ambil saja jeruji open minded dalam diri

apa yang ada apanya?
gatau juga sih
ga deng saya bohong

Just Play Safe

sejenak khilaf pergi
seandainya ini bukan taman bermain
cemoohan akan terus berlari
memuji para penuntun

umpatan ceria jutaan lulabi
restu menghampiri serambi
unjuk kesedihan sang istri

terpisah dari untaian cenayang
meneror umat jelata
serpihan angin menghembus relung
belok kanan kita tiba

dia ditikam sindiran
hingar bingar bualan
lebih-lebih tak berangan

titik staccato

terlanjur sempurna sebagai tradisi
terlalu sayang untuk berjudi
agak rancu membuat intuisi

tolong jangan menggumam
engkau masih hijau
persepsi tajam mengeram
aku menyisir ladang cemburu

hingga saatnya tiba, idealisme tak berpaling
akuisisi kehidupan sontak culas
kapan udara menghilang
terusik terpaan badai panas

resahku murah
jam terbang di titik nol
bersimpul amarah
anak manusia justru kebal

mereka hendak tiru seteru
tantang saja dirimu
itu akan keburu
bila engkau tak keliru
semua akan menjadi seru

untuk siapa ini dihempas.dengan apa ini dirajut.buat apa menilik polemik.

ada gelagat untuk rasa
tertuang ke dalam asa
engkau superior?
aku hanya inferior......mencoba mulai mengusik tanda kegelisahan

Maret 10, 2010

Pasrah Lemas Menghempas

Seketika...
waktu dan ruang dapat dipisahkan
gelagat tarian erotis yang lemah gemulai menyindir seorang perjaka
gumpalan cerita dibuat, lantas bagaimana akhirnya?
identitas diri harus ditanggalkan

resah menanti
bingung mencari
detik dicuri
menit menari
hingga waktu tak bertepi

skala prioritas yang terbentuk memburam
lakon semalam suntuk terus diuji
lukisan bertajuk prasasti yang mengendap tak tahu asal-usulnya

wejangan-wejangan terinspirasi dari geraman-geraman kaki lima
hitam menjadi luntur
kelam tertatih menerka
apresiasi terikat kendur

ratapan untuk terkahir kalinya
oplosan pun menggeliat tak berujung
ampasnya menjadi tanda sebuah cerita
sentuhan cikal bakal pelanggan matang tertuang